Minggu, 02 Mei 2010

PENGUJIAN SUHU, WARNA & BAU AIR

PENGUJIAN SUHU, WARNA & BAU AIR
A. ACARA
Praktikum pengujian suhu, warna dan bau pada sample air

B. PRINSIP
1. Suhu dengan thermometer
Jika suhu materi tersebut berubah, bentuk dan ukuran materi tersebut juga akan berubah.
2. Warna dengan colorimeter
Suatu media dipancarkan spektrum cahaya, cahaya tersebut ada yang diteruskan, diserap, dan ditampilan dalam bentuk angka. Cahaya yang diteruskan disebut transmitan dan yang diserap adalah absorban (hukum Lamber-Beer)
3. Bau secara organoleptik
Pengguaan indera dalam menganalisa sample secara kualitatif

C. TUJUAN
Mengetahui suhu, warna dan bau pada sample air

D. TINJAUAN PUSTAKA
1. Air
Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan digunakan masyarakat untuk berbagai kehidupan sehari-hari, termasuk kegiatan pertanian, perikanan, peternakan, industri, pertambangan, rekreasi, olah raga dan sebagainya.
Dewasa ini masalah utama sumber daya air meliputi kualitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan manusia yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestic terus menurun khususnya untuk air minum.

Gambar 1. Air

a. Karakteristik Fisik Air
• Kekeruhan
Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan organik yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkan oleh buangan industri.
• Temperatur,
Kenaikan temperatur air menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut. Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobic ynag mungkin saja terjadi.
• Warna
Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-bahan tersuspensi yang berwarna dan oleh ekstrak senyawa-senyawa organik serta tumbuh-tumbuhan.
• Solid (Zat padat)
Kandungan zat padat menimbulkan bau busuk, juga dapat meyebabkan turunnya kadar oksigen terlarut. Zat padat dapat menghalangi penetrasi sinar matahari kedalam air
• Bau dan rasa
Bau dan rasa dapat dihasilkan oleh adanya organisme dalam air seperti alga serta oleh adanya gas seperti H2S yang terbentuk dalam kondisi anaerobik, dan oleh adanya senyawa-senyawa organik tertentu

b. Karakteristik Kimia Air
• pH
Pembatasan pH dilakukan karena akan mempengaruhi rasa, korosifitas air dan efisiensi klorinasi. Beberapa senyawa asam dan basa lebih toksid dalam bentuk molekuler, dimana disosiasi senyawa-senyawa tersebut dipengaruhi oleh pH.
• DO (dissolved oxygent)
DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Semakin banyak jumlah DO maka kualitas air semakin baik. Satuan DO biasanya dinyatakan dalam persentase saturasi.
• BOD (biological oxygent demand)
BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorgasnisme untuk menguraikan bahan-bahan organik (zat pencerna) yang terdapat di dalam air buangan secara biologi. BOD dan COD digunakan untuk memonitoring kapasitas badan air penerima.
Reaksi:
Zat Organik + m.o + O2 -→ CO2 + m.o + sisa material organik (CHONSP)

• COD (chemical oxygent demand)
COD adalah banyaknya oksigen yang di butuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan organik secara kimia.
Reaksi:
+ 95%terurai
Zat Organik + O2 - --→ CO2 + H2O

• Kesadahan
Kesadahan air yang tinggi akan mempengaruhi efektifitas pemakaian sabun, namun sebaliknya dapat memberikan rasa yang segar. Di dalam pemakaian untuk industri (air ketel, air pendingin, atau pemanas) adanya kesadahan dalam air tidaklah dikehendaki. Kesadahan yang tinggi bisa disebabkan oleh adanya kadar residu terlarut yang tinggi dalam air.


• Senyawa-senyawa kimia yang beracun
Kehadiran unsur arsen (As) pada dosis yang rendah sudah merupakan racun terhadap manusia sehingga perlu pembatasan yang agak ketat (± 0,05 mg/l). Kehadiran besi (Fe) dalam air bersih akan menyebabkan timbulnya rasa dan bau ligam, menimbulkan warna koloid merah (karat) akibat oksidasi oleh oksigen terlarut yang dapat menjadi racun bagi manusia.

2. Kolorimeter
Kolorimeter merupakan alat yang dipergunakan dalam bidang kolorimetri. Alat ini dipergunakan untuk menentukan intensitas atau gelapnya larutan berwarna atau untuk membandingkan dengan warna pembanding, biasanya digunakan dalam analisis kuantitatif.
Kolorimeter pada umumnya banyak dipergunakan untuk menentukan konsentrasi dari larutan. Prinsip yang digunakan dalam metode ini didasarkan pada hukum Lambert dan Beer, yaitu penyerapan pada gelombang cahaya tertentu merupakan fungsi dari kadar zat yang terlarut.

Gambar 1. Colorimeter
E. ALAT & BAHAN

Alat Bahan
• Thermometer
• Colorimeter + Kuvet
• Beaker glass 250 mL • Sample air


F. PROSEDUR
1. Pengujian suhu
• Thermometer disiapkan
• Sample air dimasukan dalam beaker glass 250 mL
• Thermometer dimasukan kedalam beaker glass yang berisi sample air dan biarkan sampai pengukuran konstan
• Hasil pengukuran dicatat
2. Pengujian warna
• Colorimeter disambungkan dengan sumber listrik dan dinyalakan, lalu biarkan selama 15 menit
• Tentukan panjang gelombang pengukuran
• Sample dimasukan dalam kuvet sesuai dengan takaran yang tertera pada kuvet
• Kuvet yang berisi standar/blanko dimasukan kedalam tempat pengukuran dibagian paling belakang pada alat colorimeter
• Kuvet yang berisi sample dimasukan kedalam tempat pengukuran dibagian paling depan pada alat colorimeter
• Standar/blanko diukur, dan nilai pengukuran diatur sampai nilai yang tertera di display 0
• Sample diukur, dan hasil pengukuran dicatat
3. Pengujian bau
• Sample dimasukan kedalam beaker glass 250 mL
• Lakukan pengujian organoleptik
• Hasil pengamatan dicatat

G. HASIL PENGAMATAN

No Sample Suhu Warna Bau
1. Air Sumur 28oC 0,00 Bau logam
2. Air Galon 29oC 0,00 Tercium sedikit bau logam
3. Air Sungai 27oC 0,11 Bau lumpur
4. Air PDAM 27oC 0,01 Normal





H. PEMBAHASAN
Seperti halnya turbidimeter, kolorimeter dipergunakan untuk mengukur kekeruhan pada larutan. Selain mengukur tingkat kekeruhan pada sample air dengan menggunakan kolorimeter, pengukuran suhu dengan thermometer dan bau secara organoleptik juga dilakukan. Kolorimeter yang dipakai untuk pengukuran bermerk JENWAY 6050 Colorimeter.
Sample yang dipergunakan dalam pengujian ini berjumlah 4 buah, dan merupakan sample air dari berbagai sumber, yaitu air sumur, air galon (isi ulang), air sungai dan air PDAM. Pengujian warna dengan kolorimeter, suhu, dan bau secara organoleptik dilakukan untuk masing-masing sample.

Gambar 2. Sample
1. Suhu
Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan thermometer pada suhu ruang. Sample dimasukan kedalam beaker glass secukupnya, kemudian dilakukan pengukuran dengan thermometer dan didiamkan sampai suhu pengukuran konstan atau tidak berubah-ubah lagi.

Gambar 3. Pengukuran suhu sample

Dari hasil praktikum dan pengamatan masing-masing sample diketahui, sample air sumur memiliki suhu 28oC, sample air galon 29oC, sample air sungai 27oC, sample air PDAM 27oC.

2. Warna
Pengukuran warna pada sample dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan kolorimeter. Seperti diketahui bahwa mekanisme kerja alat kolorimeter berdasarkan pada hukum Lambert-Beer, yaitu penyerapan pada gelombang cahaya tertentu merupakan fungsi dari kadar zat yang terlarut.
Sebelum dipergunakan, kolorimeter disambungkan dengan sumber listrik dan dibiarkan selama 15 menit, hal ini dilakukan untuk membuat alat bekerja secara optimal dengan pasokan tenaga listrik yang cukup. Setelah alat hidup dan dibiarkan 15 menit, dilakukan penentuan panjang gelombang pengukuran. Besarnya panjang gelombang dapat ditentukan dengan mengatur tombol pada kolorimeter untuk panjang gelombang. Panjang gelombang yang dipergunakan untuk pengujian sample air adalah 520 nm.
Selanjutnya adalah pengukuran blanko, proses ini dilakukan dengan menggunakan aquadest sebagai blanko yang dimasukan kedalam kuvet. Baik blanko maupun sample dimasukan kedalam kuvet yang merupakan wadah untuk bahan yang akan diukur dan sesuai untuk alat tersebut. Jumlah blanko dan sample dimasukan kedalam kuvet sesuai dengan batas takaran yang tercantum dalam kuvet.
Masing-masing kuvet sample dan blanko kemudian dibersihkan dari debu atau cairan lain yang menempel diluar permukaan kuvet dengan menggunakan tisu. Permukaan kuvet terdiri dari 4 sisi, 2 sisi memiliki permukaan buram dan 2 sisi lainnya memiliki permukaan yang bening. 2 sisi permukaan bening tersebut harus ditempatkan tepat didepan sumber gelombang cahaya.
Sample dan blanko dimasukan secara bersamaan kedalam alat. Kolorimeter dilengkapi dengan 2 tempat pengukuran, tempat pengukuran pertama dipergunakan untuk mengukur standar atau blanko, dan tempat pengukuran kedua dipergunakan untuk mengukur sample.

Gambar 4. Posisi kuvet dalam alat

Setelah kuvet sample dan blanko ditempatkan pada posisi yang sesuai, kemudian turunkan penutup ruang pengukuran, hal ini dilakukan untuk menjaga agar pancaran gelombang sinar tetap focus sehingga hasil pengukuran akurat. Tahap selajutnya adalah pengukuran blanko yang sekaligus untuk mengkalibrasi alat tersebut, pada kolorimeter terdapat tombol atau Scroll penggeser yang berfungi untuk menggeserkan posisi kuvet mana yang akan dipaparkan sinar terlebih dahulu. Scroll tersebut hanya dapat digerakan 2 arah (maju & mundur).
Arah tujuan scroll dapat diatur, bagian dengan tanda mengarah keatas merupakan arah yang dituju jika kuvet berisi blanko akan diukur, sedangkan arah sebaliknya adalah jika kuvet berisi sample akan diukur.
Hasil pengukuran blanko harus nol, jika tidak maka dilakukan kalibrasi dengan mengatur hasil pengukuran yang ditampilkan display menjadi nol. Setelah hasil blanko diketahui nol, maka selanjutnya adalah menggeser scroll kearah bawah untuk mengukur sample dan hasil pengukuran akan ditampilkan pada displa atau layar, dan niali yang sering muncul dianggap sebagai hasil pengukuran.

Gambar 5. Kolorimeter tampak depan
Berdasarkan hasil praktikum dan pengukuran warna dengan kolorimeter pada panjang gelombang 520 nm, diketahui sample air sumur memiliki tingkatan warna sebesar 0,00 ; sample air galon 0,00 ; sample air sungai 0,11 ; sample air PDAM 0,01.
Dari hasil pengukuran diketahui bahwa sample air sumur dan galon memiliki nilai yang paling kecil yaitu 0,00. Hal tersebut membuktikan bahwa berdasarkan pengujian warna, sample tersebut sudah memenuhi persyaratan warna untuk air bersih.

3. Bau
Pengujian bau dari sample air dilakukan secara organoleptik, persyaratan air bersih berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No 416/MENKES/PER/IX/1990 menyatakan bahwa syarat fisik dari air bersih adalah tidak berbau dan pengujian ini dilakukan apakah sample air tersebut memenuhi persyaratan tersebut.
Berdasarkan hasil pengujian secara organoleptik, diketahui sample air sumur sedikit berbau logam, sample air galon juga sedikit berbau logam akan tetapi terkadang tidak tercium lagi, sample air sungai berbau lumpur, dan sample air dari PDAM tidak berbau.
Hasil pengujian untuk sample air sumur dan sample air galon yang keduanya memiliki sedikit bau logam, hal ini dapat terjadi selain karena sample memang mengandung Fe atau wadah yang dipergunakan saat pengujian memang berbau Fe, sehingga berpengaruh pada hasil pengujian.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang persyaratan air bersih, harus memiliki syarat fisik sebagai berikut :
• Jernih
• Tidak berwarna
• Tidak berasa
• Tidak berbau
• Temperatur tidak melebihi suhu udara.
Jika hasil pengujian sample air tersebut dibandingkan dengan persyaratan MENKES tersebut, maka hasilnya sample air sungai tidak memenuhi kriteria sebagai air bersih, sedangkan sample air PDAM memenuhi persyaratan tersebut. Sample air PDAM memiliki suhu 27oC, tingkatan warna sebesar 0,01 dan berbau normal. Sedangkan untuk sample air sumur dan sample air galon, parameter warna dan suhu sudah memenuhi kriteria air bersih, akan tetapi bau yang dimiliki sedikit berbau logam.
Akan tetapi hasil organoleptik bau dari sample air sumur dan galon tersebut dapat disebabkan dari wadah yang dipergunakan adalah beaker glass yang tidak cukup bersih dan terdapat sedikit noda menguning dibagian dasar wadah, sehingga bau logam kemungkinan berasal dari wadah bukan dari sample, hal ini menjadikan pengujian sebaiknya dilakukan pada wadah yang bebas logam sehingga hasil pengujian dapat lebih akurat.
I. KESIMPULAN
Pengujian sample air dilakukan berdasarkan 3 parameter, yaitu pengujian suhu dengan menggunakan thermometer, warna dengan kolorimeter, dan bau secara organoleptik.
Dari hasil praktikum dan pengamatan suhu masing-masing sample diketahui, sample air sumur memiliki suhu 28oC, sample air galon 29oC, sample air sungai 27oC, sample air PDAM 27oC.
Dan berdasarkan hasil praktikum dan pengukuran warna dengan kolorimeter pada panjang gelombang 520 nm, diketahui sample air sumur memiliki tingkatan warna sebesar 0,00 ; sample air galon 0,00 ; sample air sungai 0,11 ; sample air PDAM 0,01.
Sedangkan berdasarkan hasil pengujian secara organoleptik, diketahui sample air sumur sedikit berbau logam, sample air galon juga sedikit berbau logam akan tetapi terkadang tidak tercium lagi, sample air sungai berbau lumpur, dan sample air dari PDAM tidak berbau.
Jika hasil pengujian sample air tersebut dibandingkan dengan persyaratan MENKES tersebut, maka hasilnya sample air sungai tidak memenuhi kriteria sebagai air bersih, sedangkan sample air PDAM memenuhi persyaratan tersebut. Sample air PDAM memiliki suhu 27oC, tingkatan warna sebesar 0,01 dan berbau normal.
Wadah yang dipergunakan untuk pengujian organoleptik bau air seharusnya menggunakan wadah yang sangat bersih dan bebas logam sehingga hasil pengujian lebih akurat.

J. DAFTAR PUSTAKA
• http://abahjack.com
• http://www.litbang.depkes.go.id/media/data/air.pdf
• http://acta.fa.itb.ac.id/pdf_dir/issue_29_1_4.pdf
• http://en.wikipedia.org/w/index.php?title=Colorimeter_%28chemistry%29&action=edit

PENGENALAN ALAT & ANALISA TINGKAT KEKERUHAN AIR DENGAN TURBIDIMETER

PENGENALAN ALAT
&
ANALISA TINGKAT KEKERUHAN AIR DENGAN TURBIDIMETER

A. ACARA
Praktikum pengenalan alat dan analisa tingkat kekeruhan air dengan menggunakan Turbidimeter.

B. PRINSIP
Alat akan memancarkan cahaya pada media atau sample, dan cahaya tersebut akan diserap, dipantulkan atau menembus media tersebut. Cahaya yang menembus media akan diukur dan ditransfer kedalam bentuk angka.

C. TUJUAN
Mengenal alat pengujian air limbah dan mengukur tingkat kekeruhan pada sample dengan menggunakan turbidimeter

D. TINJAUAN PUSTAKA
1. Air
Air merupakan sumber alam yang sangat penting di dunia, karena tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Air juga banyak mendapat pencemaran. Berbagai jenis pencemar air berasal dari :
• Sumber domestik (rumah tangga), perkampungan, kota, pasar, jalan, dan sebagainya.
• Sumber non-domestik (pabrik, industri, pertanian, peternakan, perikanan, serta sumber-sumber lainnya.

Semua bahan pencemar diatas secara langsung ataupun tidak langsung akan mempengaruhi kualitas air. Berbagai usaha telah banyak dilakukan agar kehadiran pencemaran terhadap air dapat dihindari atau setidaknya diminimalkan. Masalah pencemaran serta efisiensi penggunaan sumber air merupakan masalah pokok. Hal ini mengingat keadaan perairan-alami di banyak negara yang cenderung menurun, baik kualitas maupun kuantitasnya.

Gambar 1. Air

a. Karakteristik Fisik Air
• Kekeruhan
Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan organik yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkan oleh buangan industri.
• Temperatur,
Kenaikan temperatur air menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut. Kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobic ynag mungkin saja terjadi.
• Warna
Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-bahan tersuspensi yang berwarna dan oleh ekstrak senyawa-senyawa organik serta tumbuh-tumbuhan.
• Solid (Zat padat)
Kandungan zat padat menimbulkan bau busuk, juga dapat meyebabkan turunnya kadar oksigen terlarut. Zat padat dapat menghalangi penetrasi sinar matahari kedalam air
• Bau dan rasa
Bau dan rasa dapat dihasilkan oleh adanya organisme dalam air seperti alga serta oleh adanya gas seperti H2S yang terbentuk dalam kondisi anaerobik, dan oleh adanya senyawa-senyawa organik tertentu

b. Karakteristik Kimia Air
• pH
Pembatasan pH dilakukan karena akan mempengaruhi rasa, korosifitas air dan efisiensi klorinasi. Beberapa senyawa asam dan basa lebih toksid dalam bentuk molekuler, dimana disosiasi senyawa-senyawa tersebut dipengaruhi oleh pH.

• DO (dissolved oxygent)
DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Semakin banyak jumlah DO maka kualitas air semakin baik. Satuan DO biasanya dinyatakan dalam persentase saturasi.
• BOD (biological oxygent demand)
BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorgasnisme untuk menguraikan bahan-bahan organik (zat pencerna) yang terdapat di dalam air buangan secara biologi. BOD dan COD digunakan untuk memonitoring kapasitas badan air penerima.
Reaksi:
Zat Organik + m.o + O2 -→ CO2 + m.o + sisa material organik (CHONSP)

• COD (chemical oxygent demand)
COD adalah banyaknya oksigen yang di butuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan organik secara kimia.
Reaksi:
+ 95%terurai
Zat Organik + O2 - --→ CO2 + H2O

• Kesadahan
Kesadahan air yang tinggi akan mempengaruhi efektifitas pemakaian sabun, namun sebaliknya dapat memberikan rasa yang segar. Di dalam pemakaian untuk industri (air ketel, air pendingin, atau pemanas) adanya kesadahan dalam air tidaklah dikehendaki. Kesadahan yang tinggi bisa disebabkan oleh adanya kadar residu terlarut yang tinggi dalam air.
• Senyawa-senyawa kimia yang beracun
Kehadiran unsur arsen (As) pada dosis yang rendah sudah merupakan racun terhadap manusia sehingga perlu pembatasan yang agak ketat (± 0,05 mg/l). Kehadiran besi (Fe) dalam air bersih akan menyebabkan timbulnya rasa dan bau ligam, menimbulkan warna koloid merah (karat) akibat oksidasi oleh oksigen terlarut yang dapat menjadi racun bagi manusia.


2. Turbidimeter
Turbidimeter merupakan sifat optik akibat dispersi sinar dan dapat dinyatakan sebagai perbandingan cahaya yang dipantulkan terhadap cahaya yang tiba. Intensitas cahaya yang dipantulkan oleh suatu suspensi adalah fungsi konsentrasi jika kondisi-kondisi lainnya konstan.
Metode pengukuran turbiditas dapat dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu :
• Pengukuran perbandingan intensitas cahaya yang dihamburkan terhadap intensitas cahaya yang datang;
• Pengukuran efek ekstingsi, yaitu kedalaman dimana cahaya mulai tidak tampak di dalam lapisan medium yang keruh.
• Instrumen pengukur perbandingan Tyndall disebut sebagai Tyndall meter. Dalam instrumen ini intensitas diukur secara langsung. Sedang pada nefelometer, intensitas cahaya diukur dengan larutan standar.

Turbidimeter meliputi pengukuran cahaya yang diteruskan. Turbiditas berbanding lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan, tetapi turbiditas tergantung. juga pada warna. Untuk partikel yang lebih kecil, rasio Tyndall sebanding dengan pangkat tiga dari ukuran partikel dan berbanding terbalik terhadap pangkat empat panjang gelombangnya.

Gambar 2. Tubidimeter Hellige
Prinsip spektroskopi absorbsi dapat digunakan pada turbidimeter dan nefelometer. Untuk turbidimeter, absorbsi akibat partikel yang tersuspensi diukur, sedangkan pada nefelometer, hamburan cahaya oleh suspensilah yang diukur. Meskipun presisi metode ini tidak tinggi tetapi mempunyai kegunaan praktis, sedangkan akurasi pengukuran tergantung pada ukuran dan bentuk partikel.
Setiap instrumen spektroskopi absorbsi dapat digunakan untuk turbidimeter, sedangkan nefelometer kurang sering digunakan pada analisis anorganik. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, absorbsi bervariasi secara Tinier terhadap konsentrasi, sedangkan pada konsentrasi lebih rendah untuk sistem koloid Te dan SnCl2, tembaga ferosianida dan sulfida-sulfida logam berat tidak demikian halnya.
Kelarutan zat tersuspensi seharusnya kecil. Suatu gelatin pelindung koloid biasanya digunakan untuk membentuk suatu dispersi koloid yang seragam dan stabil.


E. ALAT & BAHAN
Alat Bahan
• Turbidimeter dan Tabung Sample • Larutan standar
• Sample



F. PROSEDUR
1. Alat turbidimeter disambungkan dengan sumber listrik dan diamkan selama 15 menit
2. Larutan standar diletakan pada tempat sample, lakukan pengukuran dan sesuaikan nilai pengukuran dengan cara memutar tombol pengatur hingga nilai yang tertera pada layar sesuai dengan nilai standar.
3. Sample dimasukan pada tempat pengukuran sample
4. Skala pengukuran kekeruhan dibaca (lakukan pengukuran 3 kali dengan menekan tombol pengulangan pengukuran untuk setiap pengulangan)

G. DATA PENGAMATAN
No Jenis Sample Nilai Pengukuran Rata-rata Nilai Pengukuran (NTU)
1. Air keran toilet 1 4,1
4,5
4,0
4,2
2. Air keran toilet 2 5,1
5,0
5,0
5,03
3. Air tadah hujan 82,5
78,1
78,8
79,8
4. Air sungai 38,3
39,2
37,9
38,47

H. PEMBAHASAN
Turbidity atau kekeruhan adalah adanya partikel koloid dan supensi dari suatu bahan pencemar antara lain beberapa bahan organik dan bahan anorgnik dari buangan industri, rumah tangga, budidaya perikanan dan sebagainya yang terkandung dalam perairan. (Suraiwira, 1993 )
Kekeruhan dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik yang dihasilkan oleh buangan industri (Saeni, 1989). Kekeruhan dapat disebabkan bahan-bahan tersupensi yang yang bervariasi dari ukuran koloidal sampai dispersi kasar , tergantung derajat turbelensinya.(Saeni, 1989)
Jenis turbidimeter yang dipergunakan saat praktikum adalah Orbeco-Hellico, alat ini menggunakan satuan NTU atau Nephelometric Turbidity Unit. Satuan NTU dipergunakan untuk menggambarkan tingkat kekeruhan, Nephelometris dimaksudkan pada cara kerja instrument tersebut, nephelometer mengukur seberapa banyak cahaya yang dipancarkan oleh partikel tersuspensi yang terdapat di dalam air. Semakin banyak cahaya yang terpancarkan, maka semakin tinggi nilai kekeruhannya. Sehingga, nilai NTU yang rendah mengindikasikan tingginya tingkat kejernihan air, sebaliknya nilai NTU yang tinggi mengindikasikan bahwa nilai kejernihannya rendah.

Gambar 2. Turbidimeter
Sebelum dipergunakan untuk mengukur tingkat kekeruhan, turbidimeter disambungkan dengan sumber listrik dan dibiarkan selama 15 menit, hal ini dilakukan untuk membuat alat bekerja secara optimal dengan pasokan tenaga listrik yang cukup. Selanjutnya adalah proses kalibrasi, proses ini dilakukan dengan menggunakan larutan standar yang sudah ada dan biasanya dalam 1 alat turbidimeter sudah memiliki standar tersebut (satu paket dengan alat).

Gambar 3. Larutan Standar
Larutan standar yang melengkapi alat turbidimeter biasanya terdiri dari 2 larutan, yaitu larutan yang berwarna hitam pekat dan larutan yang berwarna jernih. Nilai dari setiap larutan standar sudah tertera pada bagian tutup botol larutan, seperti dapat dilihat pada gambar 3, diketahui bahwa nilai kekeruhan dari larutan standar tersebut adalah 0 NTU yang berarti bahwa larutan tersebut sangat keruh.
Pada turbidimeter yang dipergunakan saat praktikum, larutan standar yang tersedia hanya larutan standar berwarna hitam pekat dengan nilai 0 NTU. Sesudah dibiarkan selama 15 menit, kemudian dilakukan kalibrasi dengan larutan warna hitam tersebut. Jika nilai kekeruhan yang ditampilkan layar sesuai dengan nilai standar yang tertera pada botol larutan standar, maka turbidimeter tidak perlu diatur ulang. Akan tetapi jika nilai kekeruhan tidak sesuai, maka turbidimeter perlu dilakukan pengaturan ulang dengan cara memutar tombol untuk menyesuaikan nilai yang tertera di layar dengan nilai larutan standar.
Tombol Pengatur Pengulangan Pengukuran
Gambar 4. Fungsi Tombol
Setelah kalibrasi selesai dilakukan, maka pengukuran sample dapat diuji. Saat praktikum sample yang diuji berjumlah 4 buah dan merupakan sample air dari berbagai sumber. Sample yang pertama dan yang kedua merupakan sample air dari toilet dan berasal dari kran yang berbeda, sample yang ketiga merupakan air tadah hujan, dan sample yang keempat adalah sample air sungai.

Gambar 5. (Kanan-Kiri)
Larutan Standar, Sample 4, sample 1, sample 2, dan sample 3

Nilai hasil pengukuran diambil dari nilai yang sering muncul. Masing-masing sample diukur sebanyak 3 kali, dan tombol pengulangan pengukuran ditekan untuk setiap pengulangan. Hasil akhir nilai kekeruhan sample didapatkan dari nilai rata-ratanya.
Dari hasil praktikum dan perhitungan, diketahui nilai rata-rata kekeruhan untuk sample pertama dari toilet keran 1 adalah 4,2 NTU ; sample kedua dari toilet keran 2 adalah 5,03 NTU ; sample ketiga air tadah hujan adalah 79,8 NTU ; dan sample keempat air sungai adalah 38,47 NTU.
Pengukuran kekeruhan pada air sungai merupakan indikator yang sangat yang penting dari konsentrasi sendimen yang tersupensi di air .sendimen tersebut merupakan bagian yang alami dari sungai. (state of minesota river : minesota polltion coutrol agency). Sedimentri pada sungai akan menyebabkan kekeruhan air dan menutupi substansi dasar air sungai. Turbiditas atau kekeruhan air sungai juga tergantung pada jenis dasar sungai, polutan, ataupun tumbuh-tumbuhan dan hewan yang hidup disungai.
Dari hasil pengukuran diketahui bahwa sample 3 air tadah hujan memiliki nilai kekeruhan yang tinggi dan air dari toilet keran 1 memiliki nilai kekeruhan yang paling rendah. Nilai kekeruhan untuk air minum adalah 5 NTU, sehingga dari hasil pengukuran sample pertama dan kedua berturut-turut 4,2 NTU dan 5,03 NTU memenuhi standar persyaratan air minum.

I. KESIMPULAN
Turbidity atau kekeruhan adalah adanya partikel koloid dan supensi dari suatu bahan pencemar antara lain beberapa bahan organik dan bahan anorgnik dari buangan industri, rumah tangga, budidaya perikanan dan sebagainya yang terkandung dalam perairan.
Dari hasil praktikum dan perhitungan, diketahui nilai rata-rata kekeruhan untuk sample pertama dari toilet keran 1 adalah 4,2 NTU ; sample kedua dari toilet keran 2 adalah 5,03 NTU ; sample ketiga air tadah hujan adalah 79,8 NTU ; dan sample keempat air sungai adalah 38,47 NTU. Dari hasil pengukuran diketahui bahwa sample 3 air tadah hujan memiliki nilai kekeruhan yang tinggi dan air dari toilet keran 1 memiliki nilai kekeruhan yang paling rendah dan memenuhi standar kualitas air minum.

J. DAFTAR PUSTAKA
• http://library.usu.ac.id/download/fmipa/kimia-farida.pdf.
• http://forum.upi.edu/v3/index
• http://www.hupelita.com
• http://andalucygroup.blogspot.com
• http://www.bikalabs.com

.